"It's nothing. It's just words" you said. Person talk in sense. Author write in purpose. Nothing meaningless when the brain and the heart pulled together.

Categories

Sabtu, 23 Mei 2015

Lotus Philosophy



Sang tegar di antara rasa sakit.
Sang pembangkit di sela keterpurukan.
Itulah si gadis Lotus..

Bahkan dibalik lumpur-lumpur itu ia tetap bertekad
Untuk tumbuh, untuk hidup, untuk menunjukkan bahwa sang Lotus mampu
Bukan permintaannya agar sang burung menjatuhkan benih di antara air pekat itu
Tapi baginya, bukan pula keterpaksaan..
Ia hanya mengikuti jalan Tuhan
Lahir dan bangkit,
Memilih untuk tenggelam dalam rawa, atau berenang muncul ke permukaan

 
Sebuah keyakinan untuknya,
"Tak ada satupun makhluk yang lahir dalam kehinaan"
Makhluk Tuhan itu sendiri yang menciptakan petaka bagi dirinya


Hidup itu pilihan, sayang
Serta kerja keras.

Jadilah tinggi dengan kerendah hati,
Jadilah kaya dengan kedermawanan,
Dan bangkitlah dengan keterbatasan. Itu kata orang bijak

Mawar dalam pot emas tak selalu tumbuh menawan.
Dan juga Lotus, tumbuh dalam lumpur tak selalu membuatnya hina dan buruk rupa


Jadikan kekuranganmu menjadi sebuah kelebihan yang mampu menerbangkanmu tinggi,
Dan jernihkan lumpur itu menjadi air madu,

Yakinlah, kau mampu..

Dandelion Philosophy



Sejentik bunga sederhana. Tak memiliki kilasan warna
Tapi putih..
Bermakna jernih, bersih..
Dan suci..

Tak berbau. Dan tak bau.
Bagai gadis tanpa parfum. Tapi semerbak wangi kasturi
Begitulah itu tercium.
Punya aroma khas yang tak mampu terdeskripsi

Tak berhias. Hanya serabut halus ringan nan lembut
Tapi kedudukannya lebih tinggi dari semua bunga bermahkota.
Ia bunga terhormat.. Ratu di antara cemara yang membeku oleh kristal- kristal salju

Karena satu hal..
Keindahannya abadi. Menahun. Sekalipun raganya telah mati..
Ketika bunga lain melayu di musim dingin
Tapi si gadis Dandelion bertahan,
mengukuhkan otot-otot meristemnya untuk tetap tegak dan tegar
Meski tak mampu lagi menumbuh, tapi ia tak pernah melayuh

Dengan segala sisa hidupnya, ia akan terbang..
Bersama tiupan nafas langit
Luput dan nyaris pupus.
Namun demi sebuah kebebasan
Dan petualangan..
Di atas tanah gembur lain, atau sepetak pasir gersang,
atau bahkan tak kemana pun..
Hidupnya ia serahkan.
Raganya ia pasrahkan.
Namun jiwa ia pegang.

Untuk sebuah mati yang abadi..